Bacaan: Amsal 14:27
"Takut akan TUHAN adalah sumber kehidupan sehingga orang terhindar dari jerat maut."
Renungan:
Di sekolah tempat saya bekerja ada banyak tanaman yang saya tanam di sekitar gua Maria. Suatu ketika saya melihat beberapa pohon yang bagus, daun-daunnya banyak yang berlubang bahkan ada yang tinggal rantingnya saja. Setelah saya perhatikan ternyata ada banyak ulat yang menggerogoti dedaunan tersebut. Kecewa dan kesal pastinya jika mendapati tanaman kesayangan telah habis dedaunannya dan hanya tinggal ranting-rantingnya saja. Usaha memelihara tanaman tersebut terasa sia-sia karena ulah sang ulat. Namun, jika melihat akibat yang dihasilkan, maka dapat dikatakan bahwa ulat adalah binatang 'pekerja keras'. Sangat mengesankan, seperti dikejar deadline ulat dapat menggundulkan tanaman dalam waktu yang relatif singkat. Ulat seakan tidak memiliki waktu luang dan tidak ingin membuang waktu sedikit pun. Waktu yang tersedia adalah waktu yang sangat berharga bagi ulat untuk menggemukkan badan sebagai persiapan menuju sebuah keadaan di mana diperlukan energi yang besar, yaitu masa kepompong. Masa kepompong adalah masa kritis bagi ulat, di mana ulat akan hidup terkurung tanpa makanan dan minuman.
Ulat hanyalah binatang, yang secara naluri mempersiapkan dirinya menghadapi masa krisis. Berbeda jauh dengan manusia yang diciptakan dengan memiliki akal budi, yang memungkinkan manusia untuk berpikir. Dengan berpikir, manusia memiliki pola pandang yang jauh ke depan dan mampu membuat perencanaan yang lebih baik. Namun, sering kali kita terlena dengan situasi aman, sehingga membuat kita tidak siap untuk menghadapi situasi sulit. Kitab Pengkhotbah mengatakan bahwa segala sesuatu ada waktunya. Kehidupan kita tidak pernah luput dari masa-masa yang menyenangkan, yang kemudian akan digantikan dengan masa-masa sulit, sebab ini adalah sebuah kepastian. Untuk itu, kitab Amsal mengatakan agar kita bijaksana melihat ke depan dan membuat rencana-rencana. Sebab ada beberapa orang memulai kehidupannya dengan baik, tetapi berakhir buruk karena tidak berencana untuk menghadapi situasi sulit.
Sebagai pengikut Yesus, sudah seharusnya kita hidup dengan bijaksana sehingga kita bisa membuat perencanaan untuk masa depan kita dan strategi untuk mengantisipasi masa-masa sulit yang pastinya akan kita lewati. Kebijaksanaan itu sendiri hanya dapat kita peroleh ketika hidup kita dekat dengan Tuhan. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, berikanlah aku
hikmat-Mu, agar apapun yang aku kerjakan menjadi berhasil dan berguna bagi banyak orang. Amin
Bacaan: Yakobus 4:10
"Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu."
Renungan:
Suatu kali seorang hamba Tuhan berbincang-bincang dengan Prof. S.F.B. Morse, penemu telegraf. Hamba Tuhan itu bertanya, "Prof, ketika anda sedang melakukan eksperimen di laboratorium, pernahkan anda merasa kebingungan dan tidak tahu apa yang akan anda kerjakan? Lalu apa yang anda lakukan saat itu?" Prof. Morse menjawab, "Oh, sering sekali. Di saat-saat seperti itu maka saya akan berdoa meminta petunjuk Tuhan untuk apa yang akan saya lakukan. Itulah sebabnya ketika saya mendapat kesempatan untuk menerima suatu tanda kehormatan maka saya merasa tidak layak. Saya memang menemukan peralatan listrik itu, tetapi Tuhanlah yang mempunyai konsep awalnya. Tuhanlah yang memampukan saya untuk menemukan dan merangkai peralatan elektrik yang berguna itu. Oleh karena itu saya berjanji pada diri saya sendiri untuk mengembalikan segala kemuliaan kepada Tuhan."
Seberapa sering kita mengharapkan pujian atas prestasi atau kerja keras yang telah kita lakukan dan tidak mengembalikan segala pujian itu kepada Tuhan? Seberapa sering kita menepuk dada dan berkata, "Ini adalah hasil kerja kerasku dan aku layak untuk mendapat penghargaan ini!" Keinginan untuk menerima pujian dan penghormatan dari manusia seringkali membuat kita jatuh ke dalam dosa kesombongan dan seringkali kita mencuri kemuliaan Tuhan yang seharusnya kita kembalikan kepada Tuhan melalui ucapan syukur. Karena itu berhati-hatilah saat menerima pujian, karena itu bisa menjadi celah untuk mencuri kemuliaan Tuhan. Jika kita berhasil dalam pekerjaan kita, itu hanya berkat kasih karunia Tuhan. Karena itu ujilah hati kita, selidikilah setiap motivasi yang terselip di dalam setiap pekerjaan dan pelayanan kita dan kembalikan segala kemuliaan kepada Tuhan. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, aku bersyukur karena Engkau memampukan aku untuk melakukan semua tugas dan pekerjaanku. Sering aku menerima pujian atas keberhasilanku melakukan suatu tugas, namun sebenarnya aku tidak layak menerima semua pujian itu, maka kukembalikan setiap pujian yang kuterima dari sesamaku kepada-Mu. Engkaulah yang layak untuk dipuji. Lepaskanlah semua kesombonganku, agar tidak menjadi celah bagi diriku untuk mencuri kemuliaan nama-Mu. Amin.
Bacaan: Roma 12:12
"Bersukacitalah dalam pengharapan sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa."
Renungan:
Seorang anak laki-laki asal Scotlandia terpisah dari keluarganya. Anak laki-laki itu kemudian diasuh di sebuah yayasan. Setelah dewasa ia bekerja di sebuah perusahaan pelayaran di Chicago. Di dalam hatinya terpendam kerinduan besar untuk bertemu ibu dan ke 2 saudara perempuannya. Untuk itu ia mengirimkan surat ke beberapa tempat di Scotlandia. Tapi hasilnya nihil.
Suatu hari ia membaca firman Tuhan yang membangkitkan imannya akan pertolongan Tuhan. "Sebab Tuhan Allah adalah matahari dan perisai: kasih dan kemuliaan Ia berikan; Ia tidak menahan kebaikan dari orang hidup tidak bercela." (Mzm 84:12). Ketika berdoa, di hatinya terbersit ide untuk menulis surat ke Yayasan yang ada di Massachusetts. Ternyata di sana ada sepucuk surat yang dikirim oleh saudara perempuannya dari Scotlandia. Dengan cucuran air mata ia membaca surat yang mengabarkan bahwa ibunya masih hidup dan mencarinya. Tanpa membuang waktu lagi, ia segera menemui keluarga yang dirindukannya sejak kecil. Setelah melepas rindu, saudara perempuannya menceritakan bahwa ibunya tidak pernah berhenti berdoa untuknya sejak mereka berpisah 19 tahun lalu. Air mata yang tertumpah selama 19 tahun di Scotlandia telah dijawab Allah di Amerika yang jauh. Terbukti sudah bahwa, " Doa orang benar, bila dengan yakin didoakan sangat besar kuasanya." (Yak 5:16b). Kuasa doa yang dinaikkan di dalam nama Tuhan Yesus tidak pernah bisa dibatasi oleh jarak dan waktu. Karena itu jika ada doa-doa kita yang belum terjawab, mungkin saja jawabannya sedang dalam "perjalanan". Satu prinsip yang harus kita tanamkan di dalam hati kita bahwa Tuhan tidak pernah berdusta atau mengingkari janji-Nya. Dia selalu memegang teguh janji-janji-Nya. Jika Dia sudah berjanji, maka Dia akan menjawab doa yang dinaikkan dengan iman. Pada waktu yang sangat indah, jawaban-Nya akan menjadi nyata. Jangan lelah menanti jawaban Tuhan. Tetaplah tekun dalam doa, dan Tuhan akan melakukan apa yang harus Dia lakukan yaitu menjawab doa-doa kita. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau Allah yang senantiasa mendengar dan menjawab doaku. Sendengkanlah selalu telinga-Mu untuk mendengarkan doa yang menjadi pergumulan hatiku. Kuduskan dan sucikanlah hatiku, agar tidak menjadi batu sandungan bagi kuasa-Mu untuk bekerja dalam diriku. Aku percaya walaupun doaku belum terjawab, namun akau sudah mendapatkannya. Amin.
Bacaan: Matius 6:34
"Sebab itu janganlah kamu khawatir akan hari besok, karena hari besok memunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari, cukuplah untuk sehari."
Renungan:
Sir William Osler yang dikenal berotak cemerlang mengatakan bahwa sebenarnya otaknya termasuk berkualitas sedang. Ia bisa mencapai yang terbaik di dalam hidupnya karena ia telah belajar menerapkan hidup dalam "jangka waktu terbatas". Artinya kita harus menutup rapat-rapat "pintu belakang dan pintu depan". Salah satu hal yang sering menyiksa manusia sehingga tidak bisa menikmati kehidupan ini adalah kebiasaan membiarkan kesedihan serta kekecewaan masa lalu (pintu belakang) dan khawatir memikirkan hari esok (pintu depan).
Kita harus belajar memahami apa yang dikatakan Yesus dalam Matius 6:34, "Sebab itu janganlah kamu khawatir akan hari besok, karena hari besok memunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari, cukuplah untuk sehari." Bukankah kita seringkali begitu menenggelamkan diri di dalam kesedihan dan kekecewaan dengan memikirkan kegagalan kita dan perbuatan jahat orang lain lakukan kepada kita di hari-hari yang lalu. Di tambah lagi dengan kekhawatiran memikirkan bagaimana besok dan bagaimana hari tua kita.
Pada kenyataannya, tidak pernah kekhawatiran bisa meringankan beban kita atau mendatangkan keuntungan. Sebaliknya orang yang selalu khawatir pasti tidak tenang, tertekan dan akhirnya merusakan kesehatannya. Allah yang memelihara kita adalah Pribadi yang hidup Dan dapat diandalkan. Kalau Dia mengajarkan kita untuk tidak khawatir, itu berarti bahwa Ia menjamin seluruh kehidupan kita termasuk apa yang kira khawatirkan. Kuncinya adalah percaya pada pemeliharaan Tuhan dan lakukan yang terbaik hari ini. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, ampuni aku karena kekhawatiran ku telah meragukan janji pemeliharaan-Mu padaku. Ajarilah aku untuk mau memercayai-Mu sepenuhnya, sehingga dalam keadaan apapun juga, aku tetap punya pengharapan untuk hari esok yang lebih ceria. Amin.
Bacaan: Yunus 1:4 Tetapi firman Tuhan: "Layakkah engkau marah?"
Renungan:
Apakah kita pernah marah kepada Allah karena sesuatu tidak terjadi menurut kehendak kita? Apakah kita pernah marah pada Allah karena Allah tidak mengabulkan doa kita? Apakah kita pernah marah karena Allah tidak menghukum orang-orang yang menyakiti hati kita? Yunus marah kepada Allah karena ia ingin agar kehendaknyalah yang terjadi dan bukan kehendak Allah. Di dalam hatinya Yunus ingin agar hukuman yang direncanakan Allah untuk orang-orang Niniwe tetap dilaksanakan. Yunus tidak mengharapkan Allah mengampuni orang-orang Niniwe sebagaimana Allah sudah mengampuninya.
Kita jangan pernah lupa bahwa kitapun memerlukan pengampunan, demikian juga halnya dengan orang-orang yang menyakiti kita, mereka juga memerlukan pengampunan. Jika kita tidak bisa memberikan pengampunan terhadap orang-orang yang sudah menyakiti kita, maka kita sudah melakukan hal yang bertentangan dengan kehendak Allah. Yunus berpendapat ia lebih baik mati daripada melakukan kehendak Allah. Ini menunjukkan ketidakdewasaannya. Ini adalah kerohanian yang kekanak-kanakan. Padahal Allah mengasihi semua orang dan menginginkan mereka bertobat.
Yunus memiliki sikap mementingkan diri sendiri, sedangkan Allah penuh anugerah. Kasih dan perhatian Allah di luar pengertian dan jangkauan kita, dan Ia mau agar kitapun memiliki kasih seperti itu sehingga kita tidak menjadi marah kalau Allah mencurahkan anugerah-Nya kepada orang-orang yang tidak kita sukai. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, ampuni aku kalau aku pernah marah pada-Mu apabila sesuatu yang terjadi dalam hidupku tidak sesuai dengan apa yang aku inginkan. Sadarkanlah aku bahwa kehendak-Mu adalah yang terbaik dalam hidupku. Jangan biarkan aku menjadi allah atas diriku sendiri dengan menuntut supaya kehendakku yang terlaksana. Tuhan Yesus ampuni aku karena tidak sepantasnya aku marah pada-Mu. Amin.
Bacaan: Amsal 13:10
"Keangkuhan hanya menimbulkan pertengkaran, tetapi mereka yang mendengarkan nasihat memunyai hikmat."
Renungan
Mengapa dikatakan bahwa keangkuhan mendatangkan penderitaan bagi manusia? Orang yang angkuh tidak bisa bersabar jika ada orang yang menghalangi keinginannya. Ia mudah tersinggung, mudah sakit hati dan menyimpan dendam kepada sesama. Orang yang angkuh tidak bisa menerima penghinaan terhadap dirinya sendiri. Ia tidak memiliki damai sejahtera di dalam hatinya karena selalu ingin dihargai, diutamakan, ingin dipuja dan dibanggakan. Keangkuhan adalah penyakit yang menyiksa begitu banyak manusia di dunia ini. Keangkuhan merupakan keinginan untuk selalu berada di atas dan tidak boleh ada yang mengalahkannya. Sebaliknya orang yang rendah hati tidak memiliki gejolak dan tekanan di dalam hatinya. Ia menjalani segala sesuatunya sebagaimana mestinya dan apa adanya. Ia tidak peduli orang lain akan merendahkan dan menghina dia atau apakah penilaian orang terhadapnya. Ia tampil apa adanya tanpa dibuat-buat sehingga ia bisa menikmati hidup ini dengan bebas. Hatinya damai dan bebas dari rasa frustasi karena ia tidak menuntut banyak hal untuk orang lain lakukan bagi dia. Ia tidak mengharapkan penghargaan yang berlebihan dari orang lain sehingga ia bebas dari rasa sakit hati ketika orang lain tidak menghormatinya.
Marilah berdiam diri sejenak di hadapan Tuhan. Apakah saya adalah salah satu dari sekian banyak orang yang angkuh di dunia ini? Keangkuhan akan merampas habis damai sejahtera yang seharusnya kita miliki. Belajarlah pada Yesus yang rendah hati, karena dengan demikian kita akan mendapatkan ketenangan jiwa. Tuhan Yesus memberkati
Doa:
Tuhan Yesus, jangan biarkan damai sejahtera-Mu terampas dari dalam hatiku karena sifat keangkuhan yang kumiliki. Ajarilah aku untuk rendah hati melebihi yang lain agar damai sejahtera-Mu dapat tetap tinggal dalam hatiku. Oleh karena itu, hancurkanlah ambisi dalam diriku yang ingin dipuji, dihormati, disanjung dan dinomorsatukan. Berikan damai-Mu saja Yesus itu sudah cukup bagiku. Karena damai-Mu menjadikan senyumku indah, seindah pancaran kasih-Mu. Amin.
George Washington memiliki hubungan yang erat dengan Tuhan. Ia dikenal sebagai pribadi yang tekun berdoa. Di Valley Forge yang merupakan sebuah kamp militer, ia juga sering didapati sedang berdoa. Suatu kali ada seorang petani yang sedang mendekati kamp militer itu. Dari luar ia mendengar suara dari orang yang sedang berdoa sungguh-sungguh. Ketika ia menghampiri kamp tersebut, ternyata ia melihat George Washington sedang berlutut, berdoa dan pipinya basah dengan air mata. Dengan segera si petani pulang dan berkata kepada istrinya, "George Washington akan berhasil! Amerika akan meraih kemerdekaan!" Sang istri bertanya, "Apa yang membuatmu berpikir demikian?" Si petani menjawab, "Aku mendengarnya berdoa di kamp militer hari ini. Tuhan pasti mendengar doanya dan akan menjawabnya." Dan pada akhirnya Amerika benar- benar merdeka dan nama George Washington diabadikan menjadi nama ibukota negara tersebut.
Apakah saat ini kita sedang bergumul karena satu permasalahan dalam keluarga, sekolah, kantor atau masyarakat? Mungkin keluarga kita terancam pisah, atau perusahaan di tempat kita bekerja terancam mengalami kebangkrutan. Tuhan hanya butuh satu pribadi yang mau setia untuk berdoa bagi keluarga atau perusahaan tempat kita bekerja. George Washington hanyalah seorang biasa, tapi dia punya kesetiaan dalam doa. Saat kita mulai setia di dalam doa, ada perubahan terjadi dalam kehidupan kita dan sekitar kita. Maukah kita dipilih oleh Tuhan untuk menjadi tiang doa dalam keluarga atau tempat kerja kita? Kalau ya, nyatakanlah keinginan kita saat ini pada Tuhan, sehingga Tuhan akan menjadikan doa kita penuh kuasa. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, taruhlah roh doa dalam hatiku, agar di manapun aku berada, masalah apapun yang kuhadapi, aku tetap Kau dapati untuk setia dan tekun dalam doa-doaku. Jangan biarkan perkara duniawi dan pergumulan hidupku mengendorkan jam-jam doaku. Yesus, saat ini banyak pribadi yang harus kudoakan, terutama pasanganku, anak-anaku, dan orang tuaku. Mampirlah Tuhan dalam hatiku saat ini, sehingga hadiratMu menguasai diriku. Amin.
Bacaan: Yohanes 11:4
Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata: "Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan."
Renungan:
Seorang raja memutuskan untuk melakukan perjalanan melalui laut dengan beberapa pelayan setianya. Mereka bergabung dengan kapal di Dubai dan berlayar di laut terbuka. Namun, setelah kapal menjauh dari pinggiran pantai, pelayannya, yang belum pernah melihat lautan, mulai panik. la mulai menangis, berteriak dan menolak untuk makan atau tidur. Semua orang mencoba untuk menenangkannya, mengatakan bahwa perjalanan itu tidak berbahaya. Tapi meskipun ia mendengar kata- kata mereka, tetap saja ia berteriak ketakutan. Raja tidak tahu apa yang harus dilakukan, sehingga perjalanan di laut tenang itu, kini menjadi siksaan bagi para penumpang dan awak yang lain. Dua hari berlalu tanpa ada yang bisa tidur karena teriakan pria itu. Raja hendak meminta nahkoda kapal untuk kembali ke pelabuhan, ketika salah satu menterinya, yang dikenal bijaksana, datang dan berkata, "Yang Mulia, dengan izin anda, saya akan menenangkannya." Sang Menteri lalu memerintahkan agar orang itu dibuang ke laut. Beberapa anggota kru lalu melemparkannya ke laut. Orang itu meronta-ronta di laut, tenggelam, dan banyak menelan air laut, muncul kembali ke permukaan, berteriak lebih keras dari sebelumnya, tenggelam lagi, dan berhasil ke permukaan sekali lagi. Saat itulah, menteri memerintahkan agar menarik orang itu kembali ke kapal. Sejak saat itu, tidak ada yang mendengar lagi keluhan dari orang itu. Ia menghabiskan sisa perjalanan dalam ketenangan. Bahkan ia berkomentar kepada salah satu penumpang kapal bahwa ia tidak pernah melihat sesuatu yang begitu indah seperti langit dan laut yang menyentuh cakrawala. Perjalanan, yang sebelumnya menjadi siksaan bagi semua orang di atas kapal, kini jadi menyenangkan dan penuh kedamaian. Beberapa waktu kemudian, Raja bertanya kepada menterinya, "Bagaimana kau bisa tahu, bahwa dengan melemparkan orang itu ke laut, akan membuatnya tenang?"
Menterinya pun menjawab, "Karena pernikahan saya. Saya selalu takut kehilangan istri saya, dan sangat cemburu sehingga saya tidak pernah berhenti berteriak dan menjerit seperti orang itu. Suatu hari la meninggalkan saya, dan saya mencicipi pengalaman mengerikan hidup tanpa dia. la mau kembali lagi ketika saya berjanji tidak pernah lagi menyiksanya dengan ketakutan saya."
Dalam kehidupan ini mungkin sering kita dihadapkan kepada lembah kekelaman. Mungkin kita merasa takut dan begitu cemas dalam menjalani kehidupan ini. Kisah di atas mungkin bisa menjadi pembelajaran untuk kita. Tuhan terkadang mengizinkan kita ada di dalam lembah kekelaman. Hal ini bertujuan agar kita mengerti kasih karunia Tuhan yang ada di dalam kehidupan kita ini. Masih ingatkah kita dengan kisah Lazarus yang Tuhan bangkitkan? Dalam satu ayat dikatakan, "Namun setelah didengar-Nya, bahwa Lazarus sakit, la sengaja tinggal dua hari lagi di tempat, di mana la berada." Dari ayat tersebut, kita mengerti bahwa saat Yesus mengetahui Lazarus dalam kesakitan, Yesus bertindak seolah-olah membiarkan Lazarus dalam kesakitan itu. Namun tujuan yang ingin dicapai Yesus adalah agar kemuliaan Tuhan semakin dinyatakan. Jadi, saat ini, apapun yang menjadi problem atau permasalahan kehidupan kita, jangan takut, karena tepat pada waktunya kita akan melihat kuasa Tuhan dinyatakan, pertolongan Tuhan kita alami dan kita akan mengerti betapa besarnya kasih Tuhan untuk kita, sehingga kita dapat menjalani hidup ini dengan penuh rasa syukur. Tuhan Yesus memberkati.
Doa:
Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau selalu ada untukku. Sabda-Mu senantiasa menguatkanku, sehingga apapun masalahku saat ini dan bagaimanapun keadaanku saat ini, aku percaya bersama dengan Engkau semua akan baik-baik saja. Amin.
1 Timotius 4:4 (TB)
Karena semua yang diciptakan Allah itu baik dan suatu pun tidak ada yang haram, jika diterima dengan ucapan syukur.
1 Korintus 6:12 (TB) Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna.
Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apa pun.
Kita hidup di era kemajuan teknologi komunikasi. Buah dari kemampuan manusia mengembangkan budaya berupa apa yang kita rasakan, apa yang kita butuhkan dan nikmati saat ini.
Sorotan kita, sebagai mahluk sosial yang selalu butuh berinteraksi dengan sesama maka medsos merupakan wadah kita untuk aktualisasi diri dan berkomunikasi, dimana wadah itu ternyata nan luas tanpa batas, namun beresiko kebablas jika tidak ber awas awas.
Sulit bahkan tidak mungkin hidup di jaman now dengan menolak teknologi. Namun kita juga harus waspada jika teknologi itu membuat arah hidup kita melenceng, atau malah menjadikan kita hilang arah sama sekali alias tidak tahu tujuan hidup.
Mengapa medsos perlu kita waspadai? Karena dari medsos kita mendapat teman yang memberi kita penerimaan dan pengakuan. Kita merasa begitu berharga jika telah terkumpul makin banyak followers, friends, like dan subscriber . Dalam hal ini, wajar jika sebagai buah alami dari komunikasi, tidak wajar jika diri kita jadi pemburu followers, like dsb yang menyita waktu dan perhatian kita untuk memantau "musim" hujan atau kemarau like pada medsos kita. Banyak waktu akan hilang terbuang, fokus kerja akan hilang pula, alhasil prestasi akan melayang terbang.
Belum lagi, jika kita gampang terbawa perasaan, melihat status, unggahan orang. Tanpa kita rasa, arus buruk medsos menyeret kita bukan? Mulai arus adu gengsi, arus adu nalar, bahkan arus adu rohani. Menyita waktu utama hidup kita di alam sana, membuat lalai tugas kita di alam sini.
Sobat, jangan hidup dikuasai medsos! Pakai bersama medsos untuk membangun, agar diri kita dan komunitas kita tumbuh kembang.
Renungan:
Suatu kali Billy Martin manajer baseball mengadakan perjalanan untuk berburu dengan Mickey Mantle. Mereka pergi ke peternakan teman Mickey yang bisa memberi izin berburu di peternakannya. Akhirnya mereka tiba dan Mickey menyuruh Martin menunggu di mobil sementara ia meminta izin pada sahabatnya. Sahabatnya pun memberi izin tetapi dengan satu permintaan. "Saya memiliki satu keledai peliharaan yang buta di kandang. Saya tidak tega melihatnya menderita. Maukah kau menembaknya untukku?" pinta sahabatnya. Mickey pun menyetujui. Saat ia kembali ke mobil, ia berpura-pura marah, membanting pintu sampai tertutup. "Ada apa?" tanya Martin. Mickey menggeram, "Temanku tidak mengizinkan kita berburu di tanahnya. Aku kesal dan aku akan pergi ke kandangnya untuk menembak salah satu keledainya." Mickey mengendarai mobil ke kandang seperti orang gila. Martin yang bersamanya pun merasa ngeri dan berteriak, "Kita tidak dapat melakukan ini." "Coba lihat saja," jawab Mickey. Tiba di kandang, Mickey melompat dari mobil dengan senapannya, berlari ke dalam dan langsung menembak keledai tersebut. Tetapi saat ia meninggalkan kandang, ia mendengar dua tembakan lagi. Dia berlari ke dalam mobil dan melihat bahwa Martin telah mengeluarkan senapannya juga. "Apa yang kau lakukan Martin?" teriaknya. "Kita tunjukkan pada orang brengsek itu. Aku baru saja membunuh dua dari sapi-sapinya!" kata Martin dengan wajah penuh kemarahan. Begitu cepat virus kemarahan menular. Tidak menunggu waktu berhari-hari untuk membiarkannya, dalam hitungan menit pun ia sudah tersebar.
Terkadang tanpa disadari kita pun sering bersikap seperti Martin. Emosi kita mudah terpancing dengan situasi yang memicu kita untuk kesal. Tetapi firman Tuhan mengajak kita agar tidak lekas gusar dan marah bagaimanapun keadaannya. Seseorang pernah berkata bahwa kemarahan mengurangi limphocytes dalam tubuh kita, yang menyebabkan menurunnya antibodi yang diperlukan untuk memerangi penyakit-penyakit menular. Untuk itu sangatlah bijak jika kita bersikap tenang dalam menyikapi keadaan yang panas.
Untuk bisa menghindari kemarahan dengan cepat ada baiknya kita memerhatikan keadaan yang sebenarnya dan informasi yang kita dapat harus terbukti jelas. Jangan lekas gusar saat mendengar suatu perkataan atau keadaan yang membuat kita marah. Dengan memiliki kesabaran maka kita akan beruntung. Selain jadi berkat, orang lain pun senang bersahabat dengan kita. Karena tidak ada orang yang suka bergaul dengan pemarah, malah ia akan dijauhi oleh orang-orang di sekitarnya. Untuk itu marilah kita membentengi hati dengan kesabaran. Tuhan Yesus memberkati.
Bacaan: Amsal 22:24-25
"Jangan berteman dengan orang yang lekas gusar, jangan bergaul dengan seorang pemarah,
supaya engkau jangan menjadi biasa dengan tingkah lakunya dan memasang jerat bagi dirimu sendiri."
Doa:
Tuhan Yesus, biarlah aku semakin bijak dalam menyikapi situasi yang mungkin memicu kemarahan dan mampukanlah aku untuk sabar menghadapinya. Amin. (Dod).